Investigasi Pendeta Yeremia Ditembak Wakil Danramil Hitadipa

468 views
Mantratoto

Investigasi Pendeta Yeremia Ditembak Masih Dalam Proses Penyelidikan Dan Keterlibatan TNI

Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Pendeta Yeremia Ditembak

Indoharian – Investigasi Pendeta Yeremia Ditembak Wakil Danramil Hitadipa

INDOHARIAN – Komnas HAM mengungkapkan dari hasil penyelidikan peristiwa kematian Pendeta Yeremia Ditembak pada 19 September 2020, terdapat hasil dari dugaan pelaku penembakan adalah seorang Wakil Danramil Hitadipa Intan Jaya.

“Bermula dari pengakuan sang korban sebelum meninggal kepada dua orang saksi, yang mengatakan bahwa melihat pelaku berada di sekitar TKP pada waktu kejadian setidaknya 3 atau 4 anggotanya,” ujar Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Mohammad Choirul Anam, Selasa (3/11).

Berdasarkan temuan Komnas HAM RI dan Komnas HAM Perwakilan Papua, terdapat sebuah alur peristiwa sebelum terjadinya kematian yang terjadi pada 17-19 September 2020 siang. Rangkaian peristiwa bermula dari terjadinya penembakan yang mengakibatkan kematian Serka Sahlan serta perebutan senjatanya sehingga mendorong dilakukan penyisiran dan pencarian senjata yang dirampas.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Terungkap! Sosok Pelaku Pembakaran Halte, Lebih Dari 3 Orang
Gagal Tangani Corona, Obama Singgung Trump Dengan Kata Ini
Pedas! PKS Kritik Jokowi Soal Ciptaker, Ini Katanya

Warga Hitadipa, termasuk Pendeta Yeremia Ditembak, lalu dikumpulkan dalam pencarian senjata dan diminta mengirimkan pesan agar senjata segera dikembalikan dalam kurun waktu 2-3 hari.

Setelah itu, terjadi kembali penembakan terhadap salah seorang anggota Satgas Apter Koramil di pos Koramil persiapan Hitadipa bernama Pratu Dwi Akbar Utomo yang dinyatakan meninggal dunia setelah dievakuasi ke RSUD Kabupaten Intan Jaya. Kematian itu memicu rentetan tembakan.

Kemudian Wakil Danramil Hitadipa Intan Jaya dan sejumlah anggotanya melakukan penyisiran dan dikatakan menuju kandang babi lokasi penembakan Pendeta Yeremia. Choirul Anam mengatakan ada temuan tubuh Pendeta Yeremia menderita luka terbuka maupun luka akibat kekerasan lain yang mengarah pada kesimpulan korban mengalami penyiksaan.

“Jadi penyebab kematiannya bukan karena ditembak, penyebab kematiannya adalah karena kehilangan banyak darah makanya itu terjadi dialog 5-6 jam sampai beliau meninggal,” ujar Choirul Anam, dilansir Antara.

Atas temuan itu, Komnas HAM merekomendasikan agar kematian Pendeta Yeremia Zanambani diungkap sampai aktor yang paling bertanggung jawab serta pelaku diproses hukum dengan profesional, akuntabel dan transparan.

Upaya Mengaburkan Fakta

Komnas HAM juga menilai mendapati upaya pengaburan fakta-fakta peristiwa kematian pada 19 September 2020, setelah melakukan penyelidikan di lapangan.

“Terdapat upaya untuk mengalihkan/mengaburkan fakta-fakta peristiwa penembakan di TKP berupa sudut dan arah tembakan yang sangat tidak beraturan yang dibuktikan dengan banyak titik lubang tembakan dengan diameter yang beragam,” ujarnya.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), Komnas HAM mendapatkan setidaknya terdapat 19 titik lubang dari 14 titik tembak pada bagian luar dan dalam kandang babi, atap kandang serta luka akibat tembakan di pohon.

Berdasarkan penghitungan jarak tembak dengan posisi lubang peluru, diperkirakan jarak tembak sekitar 9-10 meter yang berasal dari luar kandang dan diarahkan ke TKP dan sekitarnya dengan sudut acak.

Di TKP, Komnas HAM juga mendapati bekas-bekas tembakan di dinding gubuk tempat ditemukan dan proyektil peluru.

Terdapat jejak pengambilan sejumlah proyektil peluru, kata Choirul Anam, akan tetapi keberadaan peluru yang terdapat di lubang kayu balok masih tidak diketahui. Sementara Polri mengungkapkan hanya menemukan proyektil peluru di sekitar tungku.

Selain itu, Komnas HAM memandang penguburan korban belum lama setelah kejadian merupakan upaya agar pemeriksaan terhadap jenazah korban untuk menemukan penyebab kematian tidak dilakukan.

Terkait hasil dari penyelidikan itu, Komnas HAM mengeluarkan rekomendasi di antaranya adalah dilakukan pendalaman informasi dan keterangan dari anggota TNI di Koramil persiapan Hitadita, termasuk struktur komando efektif dalam peristiwa kematian Pendeta Yeremia dan hal yang melatarbelakangi-nya.

Tanggapan Kapolda dan Pangdam

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan masih belum bisa mengetahui siapa pelaku penembakan dan penganiayaan yang menewaskan Pdt Yeremias Zanambani di Hipadipa. Hingga saat ini kami masih menyatakan pelaku yang menembak serta menganiaya Pdt Yeremia hingga meninggal sebagai orang tak dikenal (OTK) dan anggota masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Membutuhkan beberapa tahapan sampai bisa menentukan siapa pelakunya termasuk barang bukti pendukung dan olah TKP.

“Mohon bersabar karena penyidik masih melakukan penyelidikan guna mengungkap kasus tersebut,” harap Irjen Pol Waterpauw.

Diakui, rencana melakukan autopsi dengan menggali kuburan korban atau eksomasi saat ini sedang dipersiapkan sehingga dapat dilakukan tanpa mendapat kendala. Tidak mudah mempersiapkannya mengingat harus ada jaminan keamanan yang didukung cuaca, kata Waterpauw seraya menambahkan, belum diputuskan kapan dilaksanakan.

“Pihak keluarga pada intinya sudah menyetujui dengan syarat melibatkan TGPP dan Komnas HAM,” kata Kapolda Papua.

Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab yang ikut serta Kapolda Papua menyatakan siap memproses bila ada anggota TNI-AD yang terlibat dalam tewasnya Pendeta.

“Kami pasti menghukum anggota bila nantinya ada yang terlibat,” tegas Mayjen TNI Asaribab.

Pendeta Yeremias Zanambani ditemukan meninggal setelah ditembak saat memberi makan ternak babi di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya, tanggal 19 September lalu.

Mahfud Sebelumnya Duga Ada Keterlibatan TNI

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menyampaikan hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya. Hasilnya, TGPF menemukan adanya dugaan keterlibatan aparat keamanan dalam penembakan yang menewaskan pendeta Yeremia Zanambani.

“Mengenai terbunuhnya pendeta Yeremia pada 19 September 2020, informasi dan fakta-fakta yang didapatkan tim di lapangan menunjukkan dugaan keterlibatan oknum aparat,” jelas Mahfud dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (21/10).

Pendeta Yeremia Ditembak di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua pada 19 September 2020. Kendati begitu, Mahfud menyebut adanya kemungkinan keterlibatan pihak ketiga.

Sumber : Merdeka

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Pendeta Yeremia Ditembak Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply