Perang Baliho Politikus Membuat Masyarakat Jenuh

325 views
Mantratoto

Perang Baliho Politikus Apakah Masih Ada Efektivitas Di Kalangan Masyarakat Untuk Pilpres 2024

Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Perang Baliho Politikus

IndoharianPerang Baliho Politikus Membuat Masyarakat Jenuh

INDOHARIAN – Partai politik seperti PDIP, Golkar, PKB hingga Partai Demokrat mulai berbondong-bondong Perang Baliho Politikus Ketum hingga kadernya, hanya untuk proyeksi Pilpres 2024. Baliho masih tetap menjadi pilihan partai politik di Indonesia untuk memperkenalkan para elite hingga kader partai yang mencalonkan diri.

Lantas masih efektifkah baliho yang terpasang tersebut di tengah kondisi Indonesia yang sudah mulai masuk era digital?

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Kapolda Sumsel Diperiksa Atas Hibah Bodong Rp 2 Triliun
Xhaka Perpanjang Kontrak Di Arsenal, Ini Tanggapan Mourinho
Viral!! Surat Anis Untuk Risma, Hingga Akhirnya…

 

Hal tersebut sudah dijelaskan oleh Pakar politik dari CSIS, Arya Fernandes. Pada awalnya Arya juga mengatakan terkait penetrasi digital secara nasional di Indonesia yang masih berada pada kisaran 35-40 persen.

“Penetrasi digital itu secara nasional itu hanya masih di kisaran 35-40% orang yang punya akases ke digital, itu maksudnya terkoneksi dengan internet. Di tingkat populasi akses publik terhadap digital atau terhadap internet belum cukup tinggi, masih di kisaran 35-40%,” kata Arya saat dihubungi, Kamis (5/8/2021).

Arya juga sempat menjelaskan 35-40 persen pengguna digital atau internet itu juga hanya pada masyarakat yang berada di kota-kota urban. Selain itu, kata dia, yang mendominasi populasi 35-40 persen menggunakan digital juga merupakan kaum milenial atau generasi Z.

“35-40% itu umumnya terkonsentrasi di kota-kota urban ya, kota-kota ya, di daerah daerah lural atau pedesaan yang karakter pedesaaan itu sebagian besar orang belum terkoneksi internet dan digital. Selanjutnya populasi sekitar 30-40% populasi yang sudah tekroneksi interet umumnya juga didominasi dengan kalangan muda, anak anak milenial atau generasi Z,” ucapnya.

Atas dasar kondisi itulah, Arya mengatakan partai politik akhirnya Perang Baliho Politikus adalah sebagai alat peraga kampanye. Dia juga mengatakan bahwa baliho mampu menjangkau hingga ke daerah-derah yang masyarakatnya belum terjamah oleh internet.

“Nah disituasi digital seperti itu yang membuat akhirnya partai masih memilih cara tradisional, cara lama, yaitu mempopulerkan diri atau memperkenalkan diri ke masyarakat lewat baliho. Kenapa baliho? Karena bisa menjangkau daerah-daerah lural dan populasi yang orangnya nggak punya akses internet gitu,” ujarnya.

Namun yang menjadi pertanyaan efektifkah baliho? Arya menjelaskan efektiftas baliho bergantung pada pihak yang memasang. Dia sempat menyebut memang tidak cukup hanya sekedar memasang baliho lalu masyarakat akan langsung memilih.

“Nah sekarang pertanyaannya tadi, apakah masih efektif? Nah orang ketika lihat baliho itu belum tentu mereka akan memilih, jadi ada beberapa yang harus disiapkan oleh partai, kader partai, atau capres untuk dapatkan mafnaat supaya baihonya efektif gitu ya,” jelasnya.

Dia juga menyebut efektivitas baliho juga bergantung pada pesan yang berada pada baliho. Selain itu, target baliho hingga cara mengemas sampai penempatan baliho juga akan sangat memengaruhi efektivitas baliho.

“Efektivitas baliho dalam hal mempengaruhi pemilih ditentukan oleh apa pesan yang ingin disampaikan, apakah pesan menarik bagi publik? jadi isu di publik apa enggak? Apa jadi concern publik atau nggak? Jadi kebutuhan publik atau nggak? Itu narasinya pesannya. Kedua siapa segmennnya yang ingin disasar, apa anak muda? Petani? Nelayan? Buruh? Pedagang? Ketiga gimana mengemasnya? Packaging juga penting, design mungkin, penempatan mungkin,” sebutnya.

Namun dengan demikian, Arya juga menyebut kampanye dengan menggunakan media sosial juga sangat penting dilakukan. Selain berbiaya murah, menurutnya, kampanye di media sosial mampu menjangkau masyarakat hingga ke seluruh Indonesia.

“Dalam kompetisi Perang Baliho Politikus yang ketat, misal kandidat A dan kandidat B ketat nih, itu sosial media, internet jadi penting. Dan kampanye digital itu berbiaya murah juga dibandingkan baliho, kalau baliho orang harus biaya cetak, biaya pasangnya, biaya jaganya supaya nggak diturunin orang. Kalau internet orang anytime, kapanpun dimanapun dia mau beriklan atau berkampanye di medsos gratis gitu dan coveragenya juga lebih luas Se-Indonesia, makanya kampanye di masa depan kalau koneksi sudah meningkat, kampanye masa depan itu ya kampanye digital,” ungkapnya.

Sumber : DetikNews

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Perang Baliho Politikus Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply