Polisi Amerika Melakukan Rasisme, Membuat George Floyd Mati

638 views
Mantratoto

Polisi Amerika Melakukan Rasisme Terhadap Seseorang Yang Melalukan Kesalahan Kecil Hingga Tewas

Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Amerika Serikat Terguncang

IndoharianPolisi Amerika Melakukan Rasisme, Membuat George Floyd Mati

INDOHARIAN.COM – Amerika Serikat terguncang demonstrasi besar pada tiga hari terakhir yang berlangsung rusuh pada sejumlah kota besar yang di sebabkan polisi Amerika melakukan rasisme. Demonstrasi tersebut disebabkan oleh kematian seorang warga kulit hitam AS George Floyd di tangan aparat kepolisian AS.

Protes pertama kali pecah pada kota Minneapolis, Minnesota sehari sesudah kematian Floyd pada hari Senin (25/5) yang meninggal ketika dalam penahan polisi. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Floyd mendapat perlakuan yang tidak pantas dari seorang petugas polisi yang menangkapnya, Derek Chauvin.

Chauvin menangkap Floyd dengan cara yang tidak seharusnya. Floyd ditangkap sesudah kepolisian mendapatkan laporan dari sebuah supermarket yang mengklaim bahwa Floyd memakai uang palsu ketika membeli barang. Rekaman video yang tersebar pada media sosial memperlihatkan Chauvin memborgol tangan Floyd serta juga menjatuhkan badannya ke aspal.

Tak hanya itu, Amerika Serikat terguncang karena terdengar kabar Chauvin mengunci badan Floyd dengan mencekik leher pria kulit hitam itu menggunakan lututnya. Dalam video terdengar Floyd berteriak sulit bernapas dan “dont kill me”.

Lututmu di leherku. Saya tidak dapat bernapas. Mama. Mama, kata Floyd memohon ampun dengan napas yang terengah-engah. Polisi mengatakan bahwa Floyd sempat memberontak secara fisik ketika ingin memasukannya ke dalam mobil polisi.

Beberapa waktu kemudian Floyd diam serta tubuhnya tidak bergerak. Dia tidak bereaksi saat polisi memintanya berdiri serta masuk ke dalam mobil. Floyd lalu dibawa ke rumah sakit, akan tetapi nyawanya tidak tertolong.

Pada hari selasa (26/5), Departemen Kepolisian Minneapols mengonfirmasi kematian Floyd. Polisi menyebut pria itu meninggal “tak lama” setelah “insiden medis” ketika dibawa ke rumah sakit.

Video penangkapan Floyd dan kabar kematiannya sontak viral di media sosial sampai memicu amarah publik.

Tidak hanya di Minneapolis, protes juga berlangsung di Denver, New York, dan Oakland. Demonstrasi bahkan berlangsung rusuh, di mana sebuah kantor polisi dibakar oleh pendemo di Minneapolis.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Jokowi mengurus 245 Proyek
RM Rekrut Pogba
PS5 Resmi Meluncur

Protes yang rusuh membuat kepolisian Minneapolis sampai menggunakan gas air mata demi menenangkan pendemo. Sebanyak tujuh pendemo bahkan dilaporkan tertembak saat unjuk rasa yang berlangsung pada Louisville, Kentucky.

Penembakan terjadi saat para pendemo mengepung sebuah mobil polisi. Satu dari tujuh pendemo yang tertembak dikabarkan dalam kondisi kritis.

Sementara itu, polisi mengklaim tidak ada satu pun petugasnya yang melontarkan tembakan senjata.

Sejumlah pendemo warga kulit hitam AS membawa slogan “AM I NEXT?” atau “Apakah saya berikutnya?” yang menyebabkan kekhawatiran dari sikap beda bangsa dan kekerasan petugas kepolisian Amerika terhadap warga kulit hitam.

Demo yang berlangsung itu bahkan menyebabkan pemerintah kota mendeklarasikan status darurat pada Minneapolis, St. Paul, serta sekitarnya.

Kematian Floyd bukan lah satu-satunya pemanas amarah warga AS yang sesungguhnya. Karena, insiden Floyd terjadi tidak lama sesudahnya dua warga kulit hitam AS lainnya yang tewas. Ahamud Arbery (25) tewas pada 23 Februari lalu sesudah ditembak oleh dua pria kulit putih ketika dirinya sedang lari pagi pada lingkungan rumahnya di Brunswick, Georgia.

Kematian Arbery memicu kecaman publik sesudah rekaman CCTV pembunuhannya tersebar pada media sosial pada awal Mei yang lalu.

Beberapa meminggu sesudah kematian Arbery, perempuan kulit hitam bernama Breonna Taylor meninggal yang di sebabkan oleh tembakan aparat ketika merazia tempat tinggalnya pada Maret yang lalu.

Taylor adalah seorang teknisi tim medis darurat. Perempuan 26 tahun tersebut ditembak ketika tertidur di kamarnya saat polisi melakukan razia narkotika pada lingkungan apartemennya.

Polisi mengatakan sebelum masuk apartemen Taylor, para petugas mengetuk pintu apartemen sambil mengumumkan maksud kedatangan mereka. Para petugas lalu memaksa masuk dan tembakan terjadi.

Sementara itu, menurut kesaksian kekasih Taylor, Kenneth Walker, ia serta sang pacar tidak mendengar polisi mengatakan apa maksud kedatangan mereka ke Apartement mereka. Walker mengatakan dirinya bersama dengan sang kekasih ketakutan ketika polisi langsung merobohkan pintu rumah mereka.

Dalam panggilan darurat 911 tepat sesudah penembakan terjadi, Walker mengaku ke petugas bahwa ada seseorang yang mendobrak pintu rumah serta juga menembak pacar saya.

Karena polisi Amerika melakukan rasisme, Chauvin sudah dipecat serta dalam penahanan kepolisian. Chauvin juga sudah didakwa dengan pasal pembunuhan, karena pembunuhan tersebut kini Amerika Serikat terguncang parah.

Sumber: Cnnindonesia.com

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Polisi Amerika Melakukan Rasisme Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply