Ternyata Matahari Bisa Membunuh Covid-19, 8 Kali Lebih Cepat
INDOHARIAN.COM – Tim ilmuwan mengungkapkan penelitian bagaimana Matahari Bisa Membunuh Covid-19 (ultraviolet-C) dapat membunuh Covid-19 dengan adanya perbedaan antara teori terbaru dan hasil eksperimental.
Penelitian itu telah diunggah dalam jurnal yang dipublikasikan di The Journal of Infectious Diseases. Insinyur mekanik UC Santa Barbara Paolo Luzzatto-Fegiz dan rekannya melihat ada kelemahan virus SARS-CoV-2 yang setara delapan kali lebih cepat. Hal itu diketahui dalam uji coba yang hasilnya lebih cepat dari pada teori yang telah diprediksi sebelumnya.
“Teori tersebut mengasumsikan bahwa inaktivasi bekerja dengan membuat UV-B mengenai RNA virus dan merusaknya,” tutur Luzzatto-Fegiz. Dikutip Science Alert, perbedaan itu menunjukkan ada sesuatu yang lebih untuk mencari tahu apa hal yang dapat berguna untuk mengelola virus tersebut.
SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya |
Kenapa, Covid-19 Membuat Sesak Napas, Ini Alasannya! |
Tegas! Surabaya Ancam Tutup Bioskop, Serius? |
Waduh!!! Vaksin Corona Di AS Mengalami Kerusakan/span> |
Sinar UV atau Spektrum Ultraviolet mudah diserap oleh basa asam nukleat tertentu dalam DNA dan RNA, yang dapat menyebabkannya terikat dengan cara yang sulit di untuk menyebar. Sinar matahari ultraviolet terbagi jadi 3 tipe berdasarkan panjang gelombang, UVA, UVB dan UVC. Melansir BMKG, total sinar ultraviolet yang dikandung radiasi matahari saat sampai permukaan bumi adalah UV A (90-99 persen) dengan sedikit UV B (
Sementara radiasi UV-C gelombang pendek telah terbukti efektif melawan virus seperti SARS-CoV-2, tetapi berbahaya bagi kesehatan kulit manusia. Di alam, jenis UV ini biasanya tidak bersentuhan dengan permukaan Bumi karena terserap oleh lapisan ozon. Makin tipis lapisan ozon suatu tempat, makin buruk saringan sinar ultraviolet di lokasi itu.
“UV-C sangat bagus untuk rumah sakit. Tapi di lingkungan lain – misalnya, dapur atau kereta bawah tanah – UV-C akan berinteraksi dengan partikulat untuk menghasilkan ozon yang berbahaya” kata ahli toksikologi Oregon State University Julie McMurry.
Sebelumnya pada Juli 2020 sebuah studi eksperimental menguji efek dari sinar Matahari Bisa Membunuh Covid-19 di air liur yang disimulasikan. Peneliti mencatat virus Corona tidak aktif saat terkena sinar Matahari selama 10 hingga 20 menit. Luzzatto-Feigiz dan tim membandingkan hasil tersebut dengan teori tentang bagaimana sinar Matahari mencapai titik tersebut.
Hasil studi menunjukkan virus Corona tiga kali lebih sensitif terhadap sinar UV di bawah sinar Matahari daripada influenza A, dengan 90 persen partikel virus Corona dinonaktifkan setelah hanya setengah jam terpapar sinar matahari tengah hari di musim panas.
Jika UV-A Matahari Bisa Membunuh Covid-19 dan juga SARS-CoV-2, cahaya khusus gelombang panjang diprediksi dapat berguna dalam meningkatkan sistem penyaringan udara dengan risiko yang relatif rendah bagi kesehatan manusia. “Analisis kami menunjukkan perlunya eksperimen tambahan untuk menguji secara terpisah efek panjang gelombang cahaya tertentu dan komposisi medium,” ujar Luzzatto-Fegiz.
Sumber : CNNIndoneisa
Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian Matahari Bisa Membunuh Covid-19 news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com