Selama 21 Tahun Reformasi Dikorupsi, Ini Pelakunya

686 views
Mantratoto

21 Mei, Soeharto Turun Dari Kepresidenannya Usai Reformasi Dikorupsi Selama 21 Tahun

Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Reformasi Dikorupsi

Indoharian – Selama 21 Tahun Reformasi Dikorupsi, Ini Pelakunya

INDOHARIAN.COM – Hari ini 22 tahun yang lalu atau tepat pada 21 Mei 1998, Soeharto menyampaikan pesan bahwa dirinya ingin berhenti dari jabatannya sebagai presiden setelah berkuasa kurang lebih mencapai 32 tahun. Sejak itu, Orde Baru berakhir, era reformasi dikorupsi dimulai.

Terdapat banyak tuntutan yang menggema dari berbagai kalangan, ynag utama mahasiswa, yang meminta Soeharto berhenti menjadi presiden. Dari mulai penindakan tegas terhadap pelaku korupsi, sampai kebebasan berpendapat pada muka umum.

Setelah rezim Soeharto runtuh, berturut-turut terbit sejumlah undang-undang untuk mengakomodir berbagai tuntutan reformasi. Sebut saja UU tentang pemberantasan korupsi, UU kebebasan berpendapat, TNI, kebebasan pers dan seterusnya.

Namun, semangat reformasi dikorupsi pada berbagai bidang serta dinilai sudah tidak berjalan semestinya. Sampai kemudian timbul slogan Reformasi Dikorupsi pada 2019 lalu atau 21 tahun setelah Soeharto lengser.

Pada 21 Mei, Soeharto mengatakan akan berhenti dari jabatannya sebagai presiden. Kala itu, perekonomian Indonesia hancur karena badai krisis. Kondisi keamanan pun mencekam pada berbagai daerah.

Desakan supaya Soeharto mundur dari kalangan mahasiswa serta elemen masyarakat telah terasa kuat sejak tahun 1996. Semakin besar pada tahun 1998 atau setelah Soeharto dipilih kembali menjadi Presiden pada Maret sebagai hasil Pemilu 1997.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
banjir tigaraksa Tangerang
Milan Rekrut Cavani
alternatif situs prakerja

Pada 8 Mei pada Yogyakarta, demonstrasi mahasiswa memakan korban. Dia ialah Moses Gatutkaca yang garang menyuarakan Soeharto supaya segera turun dari jabatan. Moses meninggal karena luka oleh pukulan benda tumpul.

Pada 12 Mei, demonstrasi mahasiswa di sekitar Universitas Trisakti, Jakarta juga memakan korban. Peluru aparat membunuh Hafidin, Roiyan, Hery Hartanto, Hendriawan, dan Elang Mulya Lesmana.

Sejak itu, gerakan mahasiswa semakin membesar sampai berhasil menduduki gedung DPR/MPR tepat pada 18 Mei 1998. Mereka menuntut MPR untuk menggelar Sidang Istimewa.

Selain demonstrasi, penjarahan juga terjadi di mana-mana. Inflasi tinggi membuat banyak orang terkena PHK. Kehilangan pekerjaan dan kesulitan mencari uang untuk membeli makan mendorong masyarakat menjarah sejumlah tempat.

Tim Gabungan Pencari Fakta menyatakan penjarahan dipelopori oleh orang-orang tak dikenal. Mereka menyulut emosi warga untuk menjarah toko. Selanjutnya, mereka membakar toko dari luar ketika warga telah masuk di dalam. Walhasil, ribuan korban jiwa berjatuhan.

Pada 20 Mei, mayoritas menteri dalam Kabinet Pembangunana VII menyatakan berhenti. Termasuk Akbar Tandjung, Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Posisi Soeharto semakin terdesak.

Lalu pada 21 Mei pagi pukul 09.00 WIB, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden. Sontak, ucapan syukur menggema di langit. Mahasiswa dari berbagai daerah sujud lalu berulang kali meneriakkan kata merdeka.

Mereka merasa perjuangannya sudah membuahkan hasil. Akan tetapi, belum berhenti. Mereka kembali berdemonstrasi lantaran tak setuju BJ Habibie melanjutkan kepemimpinan dan meminta agar pemilu dihelat selekas mungkin.

Selang 21 tahun selanjutnya, mahasiswa kembali turun ke jalan dalam jumlah yang sangat besar. Demonstrasi dilakukan pada berbagai daerah terutama kota besar dengan menggunakan slogan Reformasi Dikorupsi.

Tuntutan mereka cenderung sama, yakni menolak pengesahan RUU KPK, RKUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), RUU Minerba dan juga kasus kriminalisasi aktivis serta isu kerusakan lingkungan.

Pada Jakarta, aksi dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR. Mahasiswa dari berbagai jaket almamater berkumpul di sana. Meneriakkan kritik dan tuntutan bersama-sama.

Mahasiswa menganggap semangat reformasi yang dicetuskan saat menjatuhkan Soeharto sudah tercoreng alias dikorupsi. Sejumlah pihak merasa pemerintah dan DPR mengabaikan semangat reformasi dan hanya mengakomodir kepentingan segelintir orang.

Demonstrasi berlangsung berhari-hari pada Bulan September 2019 di berbagai daerah. Korban luka dan jiwa berjatuhan akibat bentrok dengan aparat.

Demonstrasi mahasiswa berslogan Reformasi Korupsi berhasil menekan pemerintah dan DPR menunda pembahasan sejumlah RUU. Akan tetapi, RUU KPK tetap disahkan menjadi UU, sehingga kekecewaan tak bisa dibendung.

RUU yang lain memang ditunda pembahasannya. Tetapi bukan berhenti dan diperbaiki sesuai kehendak mahasiswa. Pemerintah dan DPR justru mengebut pembahasan sejumlah RUU pada 2020 yang ditunda setelah mahasiswa berunjuk rasa besar-besaran pada 2019.

Salah satunya adalah RUU Minerba. Pegiat lingkungan mengecam keras isi RUU tersebut karena menilai sangat menguntungkan korporasi atau pengusaha ketimbang keselamatan rakyat akibat eksploitasi tambang.

Reformasi dikorupsi, Tidak menutup kemungkinan RUU lain yang sempat ditunda kini dibahas kembali dalam rentang waktu yang cepat dan sembunyi-sembunyi agar tidak menuai penolakan dari aktivis dan mahasiswa. Semangat reformasi yang mengidamkan keterbukaan menjadi pertanyaan.

Sumber: Cnnindonesia.com

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Politik Reformasi Dikorupsi Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply