Ternyata Ini Yang Bikin Jokowi Marah Soal Impor

354 views
Mantratoto

Ternyata Ini Yang Bikin Jokowi Marah Soal Impor

Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terkini, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Jokowi Marah Soal Impor

IndoHarian – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo Kembali marah besar, Jokowi marah soal impor yang masih membanjiri pembelanjaan barang dan jasa negara. Bahkan saking jengkelnya, Jokowi pun sampai keceplosan bilang bodoh dua kali.

Menurut Jokowi sendiri, anggaran belanja pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sangat besar seharusnya dibelanjakan untuk produk dalam negeri yang kualitasnya masih tidak kalah dengan produk impor.

Dia memaparkan contohnya di bodang kementerian dan lembaga pusat pemerintah saja memiliki anggaran belanja untuk pengadaan barang dan jasa yang besarnya sampai Rp 526 triliun. Sementara itu di pemerintah tingkat daerah mencapai sebesar Rp 535 triliun, lalu di BUMN yang mencapai Rp 420 triliun. Namun, dari sekian banyak anggaran masih banyak yang digunakan untuk berbelanja barang impor.

“Sedih saya, cek yang terjadi. Semuanya beli barang-barang impor. Ini duit padahal guede banget, besar sekali,” ujar Jokowi saat memberikan arahan di acara Afirmasi Bangga Buatan Indonesia.

Contoh barang-barang yang diimpor menurutnya seperti, mulai dari seragam untuk TNI-Polri, alat dan mesin pertanian, alat kesehatan, barang keperluan rumah sakit, barang keperluan sekolah, hingga sampai perkakas kantor.

Menurutnya lagi mulai dari sekarang untuk seluruh pembelian produk impor harus kita hentikan, dan anggaran untuk pengadaan barang dan jasa bisa diarahkan untuk membeli produk-produk lokal. Sangat bodoh jika hal seperti ini tak kunjung dilakukan.

“Kok tidak kita lakukan? Kita ini Bodoh sekali, kalau nggak lakukan hal ini. Malah beli barang-barang impor. Masih mau diteruskan? Ndak! Ndak bisa,” tegas Jokowi.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Viral Video Aksi Kekerasan Terhadap Penjaga Kasir Wanita di Indomaret
Heboh!! Azka Corbuzier Segera Berduel Dalam Pekan Ini
Anggota TNI Tewas Ditabrak Usai Mengatur Lalu Lintas

Lalu, apa sebenarnya biang kerok yang bikin Jokowi marah soal impor? Berikut ini 3 faktanya:

1. Masalah Klasik
Bhima Yudhistira seorang yang menjabat sebagai Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) menyatakan masalah impor ini sebenarnya sejak lama sudah terjadi. Bahkan menurutnya biang keroknya pun tetap sama dan bahkan tak ada perbaikan sama sekali dalam soal ini.

Bhima menjelaskan masalah klasik itu adalah soal standardisasi pengadaan barang yang memang lebih pro terhadap produk-produk impor. Ujung-ujungnya, produk lokal akan terpinggirkan karena kualitas produk yang tidak sesuai dengan standardisasi yang ada.

Menurutnya, pemerintah saat ini seharusnya memberikan lebih banyak membantu kepada para pelaku usaha lokal untuk memenuhi standardisasi yang dibuat oleh para pengusaha lokal.

2. Ada Pemburu Rente
Bhima juga mengatakan jika ada ulah para pemburu rente impor di balik banjir impor yang terjadi pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Bhima juga menjelaskan para pemburu rente bekerja di tahap seleksi pengadaan barang dan jasa. Mereka juga melakukan kongkalikong agar barang lokal kalah dalam proses seleksi ini. Menurutnya, hal ini bisa saja terjadi karena aturan soal penyerapan produk lokal yang kurang tegas dalam pelaksanaannya.

3. Jumlah Impor yang Besar
Jika melihat dari data yang ada di laman resmi LKPP, ada sekitar 28 produk yang diimpor dari total 192 produk yang ditampilkan di LKPP. Data tersebut bagaikan mengamini persoalan Jokowi marah soal impor ini. Pasalnya, semua kategori barang impor yang disebutkan Jokowi memang berada di posisi 5 besar produk yang diimpor oleh lembaga pemerintah tersebut.

Sumber : Detik.com

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply