Trump dan Gaza: Strategi Kontroversial yang Mengguncang Dunia

Trump dan Gaza: Langkah yang Membuat Dunia Geram

IndoHarian – Trump dan Gaza Kebijakan serta pernyataan kontroversial dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terus menarik perhatian dunia, khususnya dalam konflik Israel-Palestina. Salah satu keputusan paling berdampak di Timur Tengah adalah pengakuan sepihak Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017. Keputusan ini memicu gelombang protes besar-besaran di banyak negara, terutama di Gaza yang menjadi pusat perlawanan rakyat Palestina.

Trump dan Gaza, Yerusalem Serta Efeknya

Langkah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dipandang sebagai pukulan serius terhadap proses perdamaian yang sudah rapuh. Palestina, yang berharap menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan, merasa dikhianati oleh keputusan ini. Di Gaza, kelompok Hamas dan berbagai faksi lainnya merespons dengan keras, menyatakan keputusan tersebut sebagai “deklarasi perang.” Peningkatan peluncuran roket dan protes massal terjadi tajam setelah pengumuman tersebut.

Situasi semakin memanas ketika Trump memutuskan untuk menghentikan pendanaan bagi UNRWA (Badan PBB untuk Bantuan dan Pekerjaan bagi Pengungsi Palestina). Langkah ini memperburuk kondisi di Gaza, yang sudah mengalami blokade berkepanjangan dari Israel dan Mesir. Dengan adanya pemotongan dana tersebut, banyak keluarga Palestina kehilangan akses ke pendidikan, makanan, dan pelayanan kesehatan.

“Kesepakatan Abad Ini” yang Dipertanyakan

Pada tahun 2020, Trump memperkenalkan rencana perdamaian yang ia beri nama “Kesepakatan Abad Ini.” Namun, banyak pihak menilai bahwa rencana ini tidak adil dan bias. Di dalam proposal tersebut, Palestina diminta untuk menerima kondisi yang sangat menguntungkan pihak Israel, termasuk pengakuan terhadap aneksasi sebagian besar wilayah Tepi Barat oleh Israel.

Bagi penduduk Gaza, rencana ini tidak menawarkan solusi yang nyata untuk penderitaan mereka. Sebaliknya, mereka menganggapnya sebagai upaya untuk melegitimasi pendudukan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ribuan penduduk Gaza kembali memprotes di jalan, menolak rancangan tersebut.

Reaksi Dunia Internasional

Langkah Trump terkait konflik Israel-Palestina mendapat kecaman dari berbagai negara. Uni Eropa, Turki, Iran, serta sejumlah negara Arab menyampaikan ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan sepihak yang diambil oleh pemerintahan Trump. Bahkan, sekutu lama AS seperti Inggris dan Prancis menyuarakan kekhawatiran mereka mengenai dampak kebijakan ini terhadap kestabilan kawasan.

Akan tetapi, ada pula negara yang mendukung tindakan Trump, termasuk sejumlah negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel melalui perjanjian Abraham Accords. Walaupun perjanjian ini dianggap sebagai terobosan dalam diplomasi, banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut dilakukan dengan mengabaikan perjuangan rakyat Palestina.

Dampak Jangka Panjang

Kebijakan Trump meninggalkan warisan kontroversial dalam konflik Israel-Palestina. Di Gaza, situasi kemanusiaan memburuk dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang sangat tinggi. Blokade yang belum berakhir, ditambah dengan ketegangan politik yang meningkat, menempatkan wilayah ini di ambang krisis kemanusiaan.

Banyak pihak berharap pemerintahan setelah Trump akan mengambil langkah yang lebih seimbang dan mendukung solusi dua negara yang adil untuk semua pihak. Namun, hingga saat ini, jalan menuju perdamaian di Timur Tengah masih dipenuhi tantangan.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya

Pulau Penjara Diubah Menjadi Pusat Pelatihan Terdepan

Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi, Delapan Orang Tewas

Kelangkaan LPG 3 Kg Topik Penting Saat Bahlil Dipanggil Prabowo

Kesimpulan

Donald Trump mungkin tidak lagi menjabat sebagai Presiden AS, tetapi dampak kebijakannya terhadap Gaza dan konflik Israel-Palestina masih terasa hingga sekarang. Kebijakan kontroversialnya telah mengubah tatanan politik di kawasan ini dan menimbulkan perdebatan sengit di tingkat internasional. Bagi rakyat Palestina, khususnya di Gaza, perjuangan untuk mendapatkan keadilan dan kemerdekaan tetap menjadi prioritas utama di tengah berbagai tantangan yang semakin berat.

Sumber: detiknews