VIRAL! Jokowi Sindir Golput: Masyarakat Gak Berguna!

977 views
Mantratoto

Jokowi Sindir Golput Dan Kubu Prabowo Memfitnah Presiden Petahana Karena Sudah Menyindir Masyarakat Kelas Bawah

Alam dan Entertainment News, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Foto, Indoharian, kesehatan, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Ulasan Teknologi, Video, news, kesehatan, teknologi, kriminal, wisata, olahraga, otomotif, aktor, aktris, kuliner

Indoharian – VIRAL! Jokowi Sindir Golput: Masyarakat Gak Berguna!

 

Indoharian – Kelompok masyarakat yang tidak ikut memilih salah satu calon dalam pemilu atau golongan putih (golput) mendapat perhatian serius pemerintah dan kubu petahana, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Jokowi sindir golput angka golput berusaha ditekan pada Pemilu 2019.

Saat berkunjung ke pondok pesantren di Muntilan, Jawa Tengah, Jokowi mengimbau para santri agar mengajak kerabat dan teman ke tempat pemungutan suara. Dia memohon tak ada satu orang pun yang golput karena pilihan warga menentukan masa depan.

Di kubu yang sama, cawapres Ma’ruf Amin bahkan menunjuk ada pihak yang ingin mempengaruhi orang lain agar golput. Ma’ruf juga mengingatkan bahwa MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa golput itu haram sejak 2009.

Selain itu, Menko Polhukam Wiranto mengatakan orang yang mengajak golput sebagai pengacau pemilu. Mereka bisa dijerat dengan Undang-undang terorisme maupun UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) serta UU KUHP.

“Kalau UU Terorisme tidak bisa, undang-undang lain masih bisa, ada UU ITE, UU KUHP bisa,” kata Wiranto, Rabu (27/3/2019).

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Jokowi Bubarkan HTI, Adi: Presiden Keterlaluan
Wiranto Pengajak Golput Dan Terancam Hukum Mati
MUI Kritik Golput Haram Masyarakat Serba Salah, Apa Maksudnya?

Sementara kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai golput juga disebabkan karena pemilih petahana kecewa dengan Jokowi yang tak merealisasikan janji saat pemilu sebelumnya.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menilai sikap kubu petahana yang ingin menekan angka golput tak lepas dari keinginan untuk menang mutlak. Dengan begitu, maka jalan Jokowi memimpin Indonesia lima tahun ke depan dapat lebih mulus.

Dia berkaca pada hasil Pilpres 2014, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla mengalahkan lawannya Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan selisih suara tipis. Jika selisih tipis itu terjadi lagi pada Pilpres 2019, Indria memperkirakan kubu Prabowo akan kembali menggugat.

“Beda satu persen pun memang menang, tapi dari pengalaman, untuk mendelegitimasi petahana, KPU, Bawaslu, polisi, dan sebagainya, ini bisa dijadikan alat untuk menunjukkan bahwa kubu Prabowo dikeroyok,” kata Indria kepada Indoharian.com, Rabu (27/3).

“Tapi kalau menangnya mutlak, susah dibawa ke MK (Mahkamah Konstitusi),” tambahnya.

Indria menilai angka golput yang mencapai 15-20 persen suara terbilang cukup besar. Keinginan inkumben untuk merebut suara golput, menurutnya, bersifat wajar. Namun ia berpendapat dengan tingkat golput sebesar itu, angka partisipasi pemilu nanti masih terbilang tinggi.

Sementara itu, salah satu pegiat golput, Alghiffari Aqsa mengatakan kubu petahana memang lebih reaktif menghadapi gelombang golput dibandingkan pihak Prabowo-Sandi.

Alghiffari memperkirakan reaksi itu timbul karena kubu petahana menghitung keberadaan golput akan berpengaruh pada menurunnya elektabilitas Jokowi-Ma’ruf.

Kendati demikian, mantan direktur LBH Jakarta itu menampik bahwa gerakan golput bertujuan menggembosi suara Jokowi. Pengikut golput yang makin tinggi justru menurutnya cerminan sistem pemilu yang makin membuat publik tidak berselera.

“Prabowo bukan opsi karena dia punya catatan buruk mengenai hak asasi manusia di ’98. ngapain kita ngurusin Prabowo,” kata Alghiffari.

Pengacara publik ini juga mengomentari fatwa MUI terkait golput. Menurutnya, fatwa itu sebagai sesuatu yang sia-sia. Ia mengingatkan pada Pemilu 2014, angka golput cukup tinggi meskipun fatwa haram golput sudah dikeluarkan MUI sebelumnya.

Angka golput pada Pilpres 2009 berada sebesar 28,3 persen. Angka itu naik pada Pilpres 2014 menjadi 29,01 persen.

“Oleh karena itu fatwa golput haram yg keluar sebelum Pemilu 2014 tidak efektif menekan angka golput,” katanya.

Ia memperkirakan angka golput pada Pemilu 2019 akan terus meningkat, Jokowi sindir golput dan mengingat sistem politik saat ini justru semakin buruk dan strategi kampanye yang dibangun cenderung merusak.

Alghiffari menegaskan gerakan golput ini akan membawa keuntungan bagi masyarakat. Ia pun berharap para peserta pemilu, baik itu capres-cawapres maupun caleg, bakal jadi terdorong lebih serius menjual program-programnya yang masuk akal kepada masyarakat.

Dalam waktu jangka panjang, keberadaan golput menurutnya dapat menjadi tolak ukur bagi sistem politik elektoral dalam negeri.

“Ketika golput semakin besar, kita jadi punya daya tawar. Jokowi sindir golput mereka akan kehilangan legitimasi politik jadi mereka akan mencari apa perbaikan sistem yang bagus,” kata Alghiffari.
Sumber : Indoharian | Berita Harian Indonesia Terbaru dan Terupdate

aktor aktris Alam dan Entertainment News Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Foto Indoharian Jokowi Sindir Golput kesehatan kriminal kuliner news olahraga otomotif Politik teknologi Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com Ulasan Teknologi Video wisata

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply