Janji Prabowo Setop Impor BBM Disebut Pengamat Mimpi di Siang Bolong
Indoaharian – Janji Prabowo Setop Impor BBM (Bahan Bakar Minyak) dinilai sangat mustahil dapat terjadi. Itu dijanjikan dalam salah satu visi utamanya sebagai Calon Presiden dalam kontestasi Pemilu 2024.
Pria yang kini sedang menjabat Menteri Pertahanan ini mengatakan bahwa pihaknya ingin memfokuskan arah penggunaan energi di Indonesia kepada energi hijau dan terbarukan secara 100%. Maka dari itu, impor BBM nantinya akan dinolkan apabila rencana itu berhasil.
Namun menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) apa yang disampaikan oleh Prabowo itu seperti mimpi di siang bolong dan sangat tidak realistis. Bahkan, dalam satu periode kepresidenan pun disebutnya tidak akan mampu untuk melakukan hal tersebut.
Menurutnya, ketergantungan impor migas Indonesia sudah sangat akut. Dia memaparkan dari bulan Januari hingga Oktober 2023 saja nilainya telah mencapai US$ 13,1 miliar, spesifik untuk impor BBM mencapai senilai US$ 4,4 miliar.
Janji Prabowo Setop Impor BBM ini kayak mimpi siang bolong ya dalam satu periode sampai 2029 juga tidak akan bisa tercapai. Meskipun narasinya itu seolah bagus, pro lingkungan tapi sangat kurang realistis. Sebut Bhima, Selasa (28/11/2023).
Dia pun mempertanyakan untuk menggantikan banyaknya BBM yang diimpor dalam waktu cepat itu harus mendapatkannya dari mana. Produksi biodisel saat ini dinilai masih belum masif.
Memang untuk beralih ke energi hijau bisa mengurangi impor BBM, namun Bhima menilai untuk berhenti impor sepenuhnya nampaknya tidak akan bisa dilakukan oleh Prabowo.
Mau diganti seberapa banyak biodisel untuk menggantikan BBM? Supplynya itu darimana yang jadi pertanyaan utama. Saya berharap tim Prabowo-Gibran bisa membuka data skenario soal impor BBM sehingga datanya bisa menjadi terang benderang bukan hanya janji kampanye saja tanpa dasar sama sekali. Sebut Bhima.
Soal rencana Prabowo Setop Impor BBM dan mengalihkan ke energi hijau, Bhima memberikan pesan mengenai keseimbangan jumlah komoditas hijau yang diperlukan. Pasalnya, untuk membuat biodisel saja sempat menimbulkan gonjang-ganjing dalam hal produksi minyak goreng.
Pada tahun 2022 lalu misalnya komoditas kelapa sawit juga sempat menjadi ‘rebutan’ untuk pemenuhan dua produk yakni antara produksi biodisel atau produksi minyak goreng.
Penggunaan biodisel secara masif saja sudah menimbulkan petaka di tahun 2022 lalu di mana perebutan stok CPO antara program biodisel dengan minyak goreng yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng di berbagai daerah. Ungkap Bhima.
Ini yang harus diatur, jangan cuma nafsu ingin kembangkan biofuel tetapi konsekuensi ke stok bahan baku minyak goreng nanti yang dikorbankan. Ini namanya menambah masalah baru. Ungkap Bhima.
Sumber: Detik.com
Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.comBerita Dunia Terbaru Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.comx