Dana Anggaran Stunting Revolusi Mental disalah gunakan cuma buat perbaiki Pagar Puskesmas & Motor Trail
Indoharian – Dana Stunting Revolusi Mental digunakan buat perbaiki Pagar Puskesmas & Motor Trail. Menteri (PPN) Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menginfokan banyak sekali wilayah yang menggunakan anggaran mengatasnamakan program prioritas. Hal itu terlihat dari aplikasi yang bernama KRISNA yang menjadi pengusulan program kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
Suharso mengasi contoh yang baik guna anggaran stunting yang programnya dibuat untuk memperbaiki pagar puskesmas. Kemudian, ada juga anggaran program revolusi mental dijadikan sebagai wacana untuk perbaiki pagar puskesmas & motor trail
“Dari Pengalaman saya pertama masuk ke lembaga Bappenas, saya melihat di KRISNA, misalnya stunting pada waktu itu saya lihat lokasinya, saya zoom terus-terus, sampai akhirnya programnya apa, ternyata memperbaiki pagar puskesmas, itu terjadi,” Ucap Suharso dalam rapat kerja bersama Komisi DPR , Jumat (14/6/2024).
Terus ini yang luar biasa, dalam rapat tadi mengenai revolusi mental, saya telusuri terus ujungnya adalah membeli motor trail. ada hubungannya memang ya? Motor trail untuk jalan-jalan,” ujar nya.
Suharso mengaku tidak kuasa melakukan pengawasan atau memberlakukan sanksi jika di praktekkan seperti itu di daerah. karena peran Kementerian PPN/Bappenas disebut sangat terbatas dalam pengalokasian APBN.
SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya |
Awal Terjadinya Kebakaran Kapal Umsini di Makassar |
Viral Mayat Di Depan Puskesmas Ternyata Korban Pembunuhan |
Kasus Korupsi Emas Kejagung Periksa saksi dari PT Antam |
Jadi kami itu seperti mengalami ketindihan intelektual, ketindihan teknokratik. Jadi kami mengerti, tapi nggak bisa bergerak. Jadi mungkin kewenangannya yang perlu diperbaiki. Saya nggak tau soal itu karena pada akhirnya anggarannya tidak di kami. Kami alokasi, tapi anggarannya tidak ada dengan kami,” ucapnya.
Suharso ungkapkan banyaksekali ribuan proyek yang masuk ke daerah untuk meminta DAK Fisik dengan mengatasnamakan prioritas. Misalnya pariwisata, banyak desa minta anggaran untuk mendorong daerahnya menjadi tujuan wisata, rupanya hanya untuk memperbaiki toilet.
“Bayangkan ribuan desa minta. Mereka cuma memperbaiki toiletnya, waduh luar biasa, ,” ucapnya.
Suharso menyebut program dana stunting revolusi mental biasa dikerjakan di banyak kementerian sehingga anggarannya terlihat besar. ia mendorong agar anggaran suatu program dialokasikan kepada satu pihak saja.
Saya ucapkan kepada teman-teman di Bappenas, kami tidak mau lagi multi tagging, sekarang kami cuma mau single tagging karena kalau di tagging kemana-kemana kejadiannya bakal seperti ini,” ucapnya.
Sumber : detik.finance
Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com