Enam Deretan Fakta Langkah Mundur Pemprov DKI

Enam Deretan Fakta Langkah Mundur Pemprov DKI
IndoHarian – Pengamat tata kota Nirwono Joga menyoroti sejumlah kemunduran pengembangan Jakarta pada masa era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan serta Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Inilah deretan fakta langkah mundur Pemprov DKI berdasarkan dari catatan Indoharian.com dan juga pengamatan sejumlah pakar:
1. Kawasan Tanah Abang kembali semerawut lagi
Kawasan Tanahabang kembali seperti awal semerawut. PKL tumpah ke trotoar dan pejalan kalo tersingkir ke bahu jalan.
Nirwono Joga menurutkan, hal tersebut buah dari ketidaktegasan Anies-Sandi melibatkan preman dalam penataan Tanahabang.
2. Pemimpin yang Tidak Kompak
Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah mengatakan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memimpin Jakarta dengan tak kompak.
Sandi cenderung lebih dominan, menguasai segi aspek-aspek strategis seperti dirinya seorang gubernur. Sedangkan Anies hanya diberi ruang mengurusi hal-hal yang non strategis.
“Ini buah perpecahan. Mungkin karena Sandi jauh lebih banyak keluar dana saat kampanye. Ini tinggal tunggu ributnya saja Anies-Sandi itu,” ucap Trubus.
3. Akses Informasi di Balai Kota Dipersempit
Anies-Sandi mempersempit sejumlah akses informasi publik dengan membatasi gerak media di Balaikota DKI Jakarta.
Salah satu caranya dengan menghilangkan satu ruangan untuk para wartawan di dekat ruang wakil gubernur.
Tadinya dari ruangan tersebut wartawan bisa memantau semua rapat maupun tamu-tamu wakil gubernur atau orang-orang yang rapat dengan gubernur DKI.
Tapi Sandi memilih menutup ruangan tersebut dan menjadikan tempat timnya bekerja.
SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya |
Fraksi Golkar Tolak Aziz Jadi Ketua DPR |
Menlu Retno Marsudi Bertolak ke Yordania, Untuk Masalah Ini |
Setnov Mundur, Aziz Syamsuddin Siap Gantikan Posisi? |
4. Keterbukaan Melalui Youtube Dihilangkan
Ini kebijakan paling baru Anies-Sandi yang ditertawakan warga Jakarta dan dikritik pengamat sebagai langkah mundur yang paling drastis.
Di era sebelumnya, Ahok mengunggah video setiap rapat pimpinan merupakan bentuk keterbukaan supaya masyarakat tahu apa yang sedang direncanakan dan akan dikerjakan Pemprov DKI.
Tapi rupanya Sandi gerah dengan bullying di media sosial akibat unggahan video Rapim dan tidak membolehkan lagi.
Sandi tidak mau masyarakat memberi serangan lewat ‘meme’ di Medsos.
5. Tunduk pada Tekanan Para Preman
Ini adalah kesalahan terbesar Anies-Sandi dan paling memalukan.
Keduanya dinilai tunduk kepada tekanan dan mengikuti kemauan preman seperti pada kasus kesemerawutan di Tanah Abang.
Bahkan kebijakan mereka seperti mengamodasi para penguasa di kawasan ekonomi paling strategis di Jakarta ini.
6. Mengeksklusifkan Diri
Trubus Rahadiansyah mengatakan Anies-Sandi cenderung lebih eksklusif dan memilih memindahkan pengaduan warga ke kecamatan.
“Mereka (Anies-Sandi) lebih eksklusif sifatnya. Balaikota saja dibuat kembali eksklusif lagi dengan cara memindahkan pengaduan warga ke kecamatan,” tutur Trubus, beberapa waktu lalu.
Hal tersebut membuat Anies-Sandi jauh dari keluhan warga dan mudah dikelabui para bawahannya. Keduanya tidak bisa langsung mendengar dari keluhan warga yang hendak datang ke Balai Kota DKI. Itulah beberapa langkah mundur masa pimpinan Anies-Sandi.
Sumber : Indoharian | Berita Harian Indonesia Terbaru dan Terupdate
aktor aktris Alam dan Entertainment News Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Foto Indoharian kesehatan kriminal kuliner langkah mundur news olahraga otomotif Politik teknologi Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com Ulasan Teknologi Video wisata