Kenang tsunami Aceh, LIPI Beberkan Strategi Evakuasi Hadapi Bencana
INDOHARIAN.COM – Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto kenang tsunami Aceh dan mengatakan masyakarat harus mandiri melakukan mitigasi bencana. Sebab tsunami pada Indonesia lebih cepat pada daratan.
”Dari pelajaran gempa serta tsunami pada Indonesia maka tsunami dapat sampai pada daratan sebelum Indonesia tersebut sampai pada masyarakat. Maka harus mandiri mitigasi. Kenapa? sebab waktu datang tsunami sesudah gempa tersebut sangat pendek jadi tak dapat andalkan saja,” kata Eko menjelaskan pentingnya mitigasi mandiri serta tak hanya mengandalkan Indonesia Early Warning System saja dalam webinar yang diadakan Dongeng Geologi diakses dari Jakarta, pada hari Sabtu (26/12/2020).
Gempa Padang tahun 2010 membuat aliran listrik padam dan sistem ”backup” belum terlalu baik hingga tak mendukung sistem kerja peringatan dini. Pada menit ke-4 parameter gempa sudah bisa diumumkan tetapi tak ada pernyataan tsunami.
SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya |
Sabu 201 Kilogram |
Jane Shalimar hilang |
Mohamed Salah hengkang |
Lalu di menit ke-10, genset bisa dihidupkan hingga aliran listrik kembali, serta pada menit yang sama ia mengatakan sebuah stasiun tv telah menyiarkan peringatan dini gempa secara nasional tetapi tetap tak terdapat pemberitahuan kenang tsunami Aceh.
Selanjutnya di menit ke-25 sampai 30, menurut Eko, Wali Kota Padang juga hanya menyampaikan kejadian gempa saja, padahal masyarakat di Pagai Selatan tengah berjuang sebab tsunami melanda di sana.
”Hingga sekarang pun kita belum ada basis tsunami, hanya gempa saja. Parameter gempa yang menjadi penanda. Maka pada kondisi demikian, sebab selisih waktu gempa serta tsunami pada Indonesia pendek, masyarakat perlu ada kemampuan melengkapi dirinya untuk menyelamatkan diri berbasis guncangan gempa,” ujar Eko.
Jadi Keterampilan Wajib
Selain itu, tak pernah diketahui apakah gempa dapat merusak fasilitas peringatan dini atau tak. Sebabnya evakuasi mandiri harus menjadi ketrampilan wajib bagi semua masyarakat Indonesia, termasuk mereka yang tak hidup pada pesisir pantai.
Eko juga meminta masyarakat berhati-hati dengan tsunami earthquake atau silent earthquake yang dipicu oleh gempa dengan frekuensi rendah hingga guncangan lebih lemah daripada gempa pada umumnya, namun menyebabkan tsunami.
Karenanya, dia mengatakan masyarakat harus menguasai strategi evakuasi menghadapi tsunami, dengan mengabaikan harta serta mementingkan menyelamatkan diri terlebih dulu, berlari tanpa kendaraan sebab ditakutkan memicu kemacetan, perlu waspadai sungai serta jembatan ketika evakuasi sebab hal tersebut bisa menjadi “jalan tol” air ketika tsunami.
Selanjutnya, Eko menyatakan masyarakat juga perlu memperhatikan lokasi tinggi untuk evakuasi, mulai dari pohon, bangunan tinggi serta bukit. Lalu pakai benda terapung ketika tsunami sebagai pelampung.
Bila ketika tsunami tengah berada pada laut segera melaju ke arah laut sebab gelombangnya akan lebih rendah dibanding pada pesisir. Kenang tsunami Aceh, Eko juga mengingatkan bahwa selalu ada lebih dari satu gelombang, karenanya masyarakat harus tetap waspada setelah gelombang pertama datang.
Sumber: Liputan6.com
Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian Kenang Tsunami Aceh news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com