Keluh PPDB DKI Hingga Tangis Siswa Yang Takut Tidak Bisa Bersekolah
INDOHARIAN.COM – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 diwarnai rentetan keluh PPDB DKI dari orang tua serta juga siswa yang tak mendapatkan kursi pada sekolah negeri yang di tuju. mereka kebanyakan terkendala pada faktor usia.
Dian (47) contohnya, salah satu orang tua yang anaknya segera masuk SMA mengaku gemas dengan aturan PPDB tahun ini. Saat mendaftarkan anaknya pada PPDB 2017, dia mengingat pengalamannya tak semuram hal tersebut.
”Kacau lah banyak keluh PPDB DKI tahun ini, kata yang paling pass mendeskripsikan kacau,” ujarnya kepada melalui sambungan telepon, pada hari Jumat (26/6).
Tepat pada pukul 08.00 WIB, pada hari Kamis (25/6) kemarin, dia mencoba membuka laman PPDB DKI tetapi terkendala teknis. Sampai akhirnya dia baru dapat memilih sekolah agar anaknya pukul 09.20 WIB.
SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya |
Aventador Raffi terbakar |
Mendikbud beberkan program pendidikan |
deretan kontroversi Real Madrid |
Pilihan yang dituju SMAN 34 Jakarta, SMAN 6 Jakarta serta juga SMAN 70 Jakarta. Dia berdomisili pada Cilandak. Tetapi hanya dalam waktu sejam sesudah mendaftar, nama anaknya terpental dari sistem PPDB sebab usianya.
Padahal anaknya telah berusia 15 tahun 4 bulan. Pada sekolah anaknya sekarang, rata-rata siswa lulusan SMP berusia 15 tahun serta juga lahir pada tahun 2005.
Ia pun akhirnya kembali mencoba memilih sekolah. Sesudah menganalisa usia peserta pada setiap sekolah, ia akhirnya memilih SMAN 82 Jakarta serta juga SMAN 46 Jakarta.
Tetapi nasibnya tak berbeda jauh, belum sampai pukul 12.00 WIB nama anaknya telah terpental lagi. Saat ini anaknya tak dapat mendaftar ke sekolah lain, sebab kuota yang tersedia diisi siswa yang berusia lebih tua.
Dia sendiri mengaku kecewa dengan pengalaman malang tersebut yang menurutnya dialami sebab pengelolaan sistem yang buruk. Ia bahkan menduga, dapat menjadi sistem PPDB kacau sebab ujian nasional dihapus, sampai pemeringkatan dialihkan pada usia.
”Kita saat ini mau lihat dulu sampai tanggal 27 hasilnya seperti apa. Kita analisa, kalau jalur ini [zonasi] tak adil, ya kita enggak tahu juga langkah apa yang dapat dilakukan,” sambungnya.
Pengalaman yang sama juga dialami Leo (42), anaknya adalah peserta PPDB SMA yang berusia 15 tahun 3 bulan. Domisilinya pada Pondok Indah, sampai pilihan sekolah jatuh ke SMAN 47 Jakarta jurusan IPA serta juga IPS, serta SMAN 82 Jakarta.
”Memilih [SMA] 47 tetapi pas lihat hasilnya kok tidak ada namanya, kok sudah kepental. Ternyata pas lihat umurnya, wah yang paling bawah aja umur 15 tahun 7 bulan,” katanya.
Harapannya hampir merebak saat anaknya tepat pada urutan keenam di SMAN 82 Jakarta. Tetapi setiap jam nama anaknya turun 10 peringkat, hingga akhirnya telah terpental sekitar pukul 12.00 WIB.
Leo mengaku dirinya dapat keluhan yang sama dari hampir seluruh teman yang anaknya tengah mengikuti PPDB. Walaupun tetap dapat mengikuti jalur prestasi, dia sanksi nasib anaknya mujur.
Pendaftaran PPDB DKI jalur zonasi digelar 25 sampai 27 Juni 2020. Jalur ini mempertimbangkan domisili sekolah dan tempat tinggal peserta. Namun faktor usia menjadi pertimbangan pemeringkatan ketika jumlah peserta yang mendaftar melebihi kuota.
Kritik dan keluh PPDB DKI terhadap aturan ini pun ramai dibahas sejak hasil PPDB jalur afirmasi diumumkan. Ratusan orang tua sempat mendatangi Balai Kota DKI Jakarta mendesak Gubernur DKI Anies Baswedan menghapus aturan usia dalam PPDB.
Sumber: Cnnindonesia.com
Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian Keluh PPDB DKI news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com