Kisah Pesantren Tertua Di Pangandaran

141 views
Mantratoto

Kisah Yang Kelam Di Balik Pesantren Tertua Di Pangandaran

Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terkini, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Kisah Pesantren Tertua Di Pangandaran

Indoharian – Asy Syujaa’iyyah diklaim sebagai Pesantren Tertua Di Pangandaran. Ada kisah sejarah yang kelam di balik pendirian ponpes tersebut. Seperti apa kisahnya? Kabupaten Pangandaran merupakan daerah yang sangat kaya akan sejarah, terutama penyebaran ajaran agama Islam. Pendirian Pondok Pesantren di Pangandaran sudah ada semenjak kemerdekaan Indonesia, bahkan ketika wilayah Pangandaran masih terbagi dua antara Kerajaan Galuh dan Sukapura.

Ponpes tertua di Pangandaran terdapat di Dusun Cintasari, Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Nama Pesantren Tertua Di Pangandaran itu adalah Asy Syujaa’iyyah yang diambil dari nama keturunan anak Eyang Kalincir Putih yang merupakan pemuda tampan penyebar agama Islam di Pangandaran.

Ponpes Asy Syujaa’iyyah diambil dari pendiri ponpes yaitu yang bernama Eyang Syaju, ia merupakan generasi keempat anak dari KH Abdul Aziz yang merupakan cucu dari Eyang Syaju. Keturunan generasi 9 Eyang Sembah Kalincir Putih, Kyai Haji Ali Aziz mengatakan pesantren Asy Syujaa’iyyah sudah berdiri sebelum kemerdekaan negara Indonesia.

“Kalau tahun berdiri awal mah sebelum tahun 1930-an, tapi tepatnya kurang uninga,” ujar Ali saat ditemui belum lama ini. Ia mengatakan Asy Syujaa’iiyah merupakan 3 pesantren yang tertua di wilayah Ciamis Selatan atau sekarang Kabupaten Pangandaran.

“Kan pertama ada ponpes Asy Syujaa’iiyah, Ponpes Kalensari dan Ponpes Perembun,” terang Ali. Menurutnya pendiri Asy Syujaa’iiyah sudah wafat lama setelah ramai adanya gerombolan DI/TII sekitar tahun 1950an dan makamnya berada di atas SDN Cintaratu.

“Perjalanan berdirinya ponpes itu sempat menceritakan kisah yang sangat mengenaskan. Bahkan tahun 1950 ponpes sempat dibakar karena adanya pemberontakan DI/TII yang menganggap Asy Syujaa’iiyah tidak satu paham,” ujar dia. Ia mengatakan seluruh santri sehingga semuanya mengungsi ke wilayah hutan Pangandaran.

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
Wamenkumham Polisikan Keponakan Sendiri
Bupati Kapuas Dan Istri Jadi Tersangka KPK
Presiden Jokowi Jamin Israel Ikut di Piala Dunia

“Pemberontakan dan pembakaran ponpes karena keturunan Asy Syujaa’iiyah tidak mau untuk mengikuti paham DI/TII,” kata dia. Ali mengatakan semenjak berdirinya ponpes Asy Syujaa’iiyah perkembangan pengajian rutin dikembangkan.

“Dulu ada pengajian rutin bulanan, manakiban. Pengajian mingguan perkumpulan malam Jumat dan malam Selasa, kalau harian tiap waktu,” jelad dia.

Menurut Ali penolakan paham DI/TII tidak sejalan dengan ponpes yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah. “Kan ponpes ini mengamalkan ilmu torikah, gurunya keturunan Rasulullah, dibesarkan masalah Dzikir,” katanya. Ia mengatakan ngadegna (berdirinya) Agama di pribadi seseorang tidak lengkap jika tidak mempelajari syariat (ilmu fiqih), tarekat perjuangan agama(tasawuf), hakekat (aya basa aya bukti).

“Ilmu syareat ker ngatur awak di ilmuan fiqih, elmu tarekat ker ngatur hate, elmu hakekat elmu tasawuf ker ngatur akhlak, (Ilmu syariah untuk mengatur badan, ilmunya fikih, ilmu tarikat untuk mengatur hati, ilmu hakikat, ilmu tasawuf untuk mengatur akhlak),” ujar dia. Saat ini Pesantren Tertua Di Pangandaran tersebut memiliki murid sebanyak 286 santri dari berbagai daerah. “Kebetulan kalau sekarang kami juga buka sekolah boarding school, jadi tidak hanya pesantren saja,” katanya.

Sumber : Detik

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply