Mampus!! Pengamat Kritik Prabowo Karena Hal Ini…

621 views
Mantratoto

Pengamat Kritik Prabowo Karena Tidak Fokus Dalam Membangun Pertahanan

Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Indonesia Terbaru, Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Berita Dunia Terbaru, Berita hari ini, Berita Indonesia Terbaru, Berita Terkini, berita terupdate, Indoharian, news, Politik, Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com, Pengamat Kritik Prabowo

Indoharian.com – Mampus!! Pengamat Kritik Prabowo Karena Hal Ini…

INDOHARIAN.COM – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dinilai tak fokus dalam membangun pertahanan. Pengamat kritik Prabowo serta juga dirinya dianggap tak memprioritas selama memimpin Kementerian Pertahanan, padahal anggaran yang dimiliki cenderung terbatas.

Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat militer sekaligus Ketua Badan Pengurus Initiative Center Al Araf dalam program Mata Najwa yang disiarkan secara live di Trans 7, pada hari Rabu (28/4).

”Catatan saya untuk Pak Prabowo ialah konsep agar pembangunan perencanaan pertahanan tak fokus, tak mempunyai prioritas,” ucap Al Araf.

Menurut Al ‘Araf, dengan anggaran Kemenhan yang terbatas, pengamat kritik Prabowo serta seharusnya memprioritaskan aspek komponen utama, yaitu prajurit TNI. Selanjutnya ialah modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista).

SIMAK JUGA Berita Harian Lainnya
takjil beracun
Rizieq Doakan Munarman
Polisi Grebek Antigen Bekas

Ia mengkritik Prabowo yang saat ini justru ingin membentuk komponen cadangan dengan anggaran Rp1 triliun per tahun. Diketahui, komponen cadangan adalah warga sipil yang diberikan pelatihan militer.

Al Araf juga mengkritik Prabowo yang membuat program cetak sawah. Menurutnya, Prabowo lebih perlu meningkatkan profesionalisme prajurit TNI selaku komponen utama pertahanan Indonesia.

”Untuk apa? Komponen utamanya saja masih membutuhkan anggaran yang besar,” ucap Al Araf.

”Jadi untuk saya tak fokus. Skala prioritas di tengah anggaran yang terbatas menjadi penting,” lanjutnya.

Selain itu, Al Araf menyebut Prabowo sampai kini juga belum menentukan apakah akan mengikuti standar Minimum Essential Force (MEF) atau tak dalam membangun pertahanan.

MEF adalah proses pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutista) pada Indonesia yang dicanangkan di tahun 2007 silam. MEF ini dibagi menjadi tiga rencana strategis sampai pada 2024 mendatang.

”Belum membuat konsep apakah mau mengikuti konsep MEF yang memang dibuat didesain jangka pendek menengah hingga 2024 atau memang sepertinya ingin membuat konsep baru,” ucap Al Araf.

Pada acara yang sama, Juru Bicara Menhan Dahnil Anzar Simanjuntak membantah pernyataan Al Araf. Ia menegaskan bahwa profesionalisme prajurit serta modernisasi alutsista telah ditempatkan menjadi aspek prioritas.

”Hampir tiap kesempatan baik dengan DPR, baik dengan TNI tersebut ditempatkan pada level tertinggi, penguatan tersebut,” bantah Dahnil yang juga dihadirkan pada program Mata Najwa.

Dahnil menjelaskan bahwa program pembentukan komponen cadangan adalah salah satu bentuk penguatan komponen utama. Progam itu pun amanat undang-undang yang telah sejak sebelum Prabowo menjadi Menhan.

Undang-undang yang dimaksud yaitu UU No. 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.

Dahnil mengatakan menteri pertahanan sebelumnya pun pernah berupaya dalam membentuk komponen cadangan. Tetapi tak terlaksana lantaran belum terdapat landasan hukum.

”Bahkan Pak Prabowo sering mengatakan komponen cadangan tersebut legacy yang luar biasa dari Menhan sebelunnya. Ini kami telah memiliki perangkat hukum tinggal merealisasikannya saja,” kata Dahnil.

Tentang anggaran, Dahnil menyatakan Kemenhan ingin diberikan minimal 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ia mengacu di anggaran pertahanan pada negara-negara lain terutama yang lebih maju.

”Kami diskusi, Menhan dengan Komisi I agar kemudian konsisten supaya alokasi pertahanan kita berada pada atas 0,8 persen sebab negara-negara yang pertahanan kuat di atas 1 persen,” kata Dahnil.

Dahnil menjelaskan bahwa anggaran yang diterima Kemenhan selama ini harus dibagi terhadap lima lembaga, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, TNI AL dan Kemenhan sendiri.

Bila anggaran yang diterima di atas 1 persen PDB maka Kemenhan akan sesegera mungkin melakukan modernisasi alutsista.

 Pengamat kritik Prabowo “Kita dihadapkan dilema pilihan opportunity cost pilihan memperkuat pertahanan di sisi lain fokus perbaiki pembangunan dan kesejahteraan,” ucap dia.

Sumber: Cnnindonesia.com

Berita Dunia Terbaru Berita hari ini Berita Indonesia Terbaru Berita Terkini berita terupdate Indoharian news Pengamat Kritik Prabowo Politik Terkini Terupdate serta Analisis dari INDOHARIAN.com

Author: 
    author

    Related Post

    Leave a reply